Senin, Oktober 13, 2008

Katrol Merek Lahir Batin

Agar sebuah merek dapat dikenal cepat oleh publik, hal yang paling mudah dilakukan adalah mengatrolnya ke permukaan. Merek dapat dikatrol dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya, mengoptimalkan popularitas public figure yang dalam kasus pemasaran dikenal dengan istilah endorser.

Pada umumnya, pemasar memilih artis sebagai endorsernya meskipun sebagian juga memilih olahragawan, presenter, puteri Indonesia, tokoh masyarakat, politisi, ataupun lainnya. Sebut saja dari kalangan artis seperti Tamara Blezynski (Lux), Agnes Monica (Jamu Tolak Angin), Asmirandah (Indosat), Band Ungu (Relaxa), Band Antique (KFC), Project Pop (Komix), dan banyak lagi.

Dari kalangan Olahragawan Michael Jordan (Nike), Presenter Irfan Hakim (Sarimi) Puteri Indonesia Nadine Chandrawinata (Wakatobi), Tokoh Masyarakat Mbah Maridjan (Kuku Bima) juga ikut meramaikan panggung endorser produk. Tidak ketinggalan sederet politisi yang menjadi endorser partai mereka masing-masing.

Public figure, selain punya segudang fans, mereka juga mempunyai karakter pribadi yang dapat dilekatkan pada positioning merek yang sedang digawanginya sehingga memudahkan jalan terkatrolnya merek ke permukaan. Ketika Tamara menampilkan kulit bersihnya dengan pesan Lux misalnya, masyarakat lalu meng-assosiasi-kan kemulusan kulit Tamara karena hasil polesan Lux.

Jika kemudian komunikasi endorser berhasil maka produsen dapat dengan mudahnya mencapai angka penjualan dalam waktu singkat. Biaya kontrak endorser yang bisa mencapai milyaran rupiah itu akhirnya tidak berarti apa-apa dibanding popularitas merek dan penjualan yang terkatrol dengan cepat.

Namun begitu, ada pula kisah tragis yang tak dapat dilupakan ketika Michael Jackson dinobatkan sebagai endorser Pepsi Cola beberapa waktu lalu. Pepsi Cola dan Coca Cola adalah dua merek raksasa softdrink cola yang berkompetisi ketat dan saling intip, baik pada program pemasaran, varian produk, hingga performansi penjualan.

Saat Jackson melakukan show keliling Asia sekitar tahun 1995, kenyataan pahit terjadi di Thailand. Jackson tidak dapat tampil di depan puluhan ribu penggemarnya akibat dehidrasi. Mengetahui hal itu, tanpa pikir panjang, Coca Cola langsung mengontak koran Bangkok Post dan membuat iklan satu halaman. Bunyinya singkat tapi cerdas: “Dehidrasi? Minum Coca Cola!” Ahhaaa....

Kalau sudah begini, jadi endorser ternyata tidak mudah. Popularitas merek adalah taruhannya. Agar merek yang diusung bisa sehat lahir batin, sang endorser dituntut untuk juga selalu sehat lahir batin, luar dalam.***

Dimuat di Harian Kendari Pos, 13 Oktober 2008