Minggu, Oktober 04, 2009

Bermain di Tarikan Permintaan

Hari kemenangan Idul Fitri sudah dua pekan berlalu. Ibarat sebuah mesin, kini kehidupan kembali di-restart. Hari Fitri menjadi saksi kesucian kembali dengan saling menjulur tangan dan memaafkan.

Pesta pasar juga sudah berlalu. Harga-harga yang terkerek sejak awal Ramadhan telah mencapai puncaknya. Kini, ia memasuki masa pemulihan. Saat hati sudah menyatu dan kita semua kembali ke aktivitas, harga-harga juga berfitrah dan harga kembali ke titik normal.

Harga-harga lazimnya mengalami kenaikan sejak awal Ramadhan hingga saat keluarnya THR. Dalam kasus pemasaran dikenal 2 (dua) penyebab terjadinya inflasi, yaitu Cost Push Inflation dan Demand Pull Inflation. Harga barang-barang di pasar mengalami kenaikan hanya karena salah satu dari kedua kemungkinan itu. Jika bukan karena didorong (push), pasti karena ditarik (pull).

Cost Push Inflation adalah kenaikan harga yang diakibatkan oleh dorongan harga bahan baku. Contoh sederhana, harga ikan bakar di Jakarta lebih mahal dibanding di kota ini karena harga bahan baku yang juga mahal di sana. Ikan segar didatangkan dari Makassar, arang dari Kendari, garam dari Madura, cabe dari Padang, dan seterusnya. Komponen bahan baku ikan bakar yang serba didatangkan dari luar pulau ini “mendorong” naiknya harga jual barang jadi bernama ikan bakar.

Demand Pull Inflation adalah kenaikan harga yang diakibatkan oleh tarikan permintaan. Terigu, mentega, telur, dan lainnya cenderung lebih mahal menjelang Idul Fitri dibanding hari-hari biasa. Kenaikan harga ini dipicu oleh permintaan pasar yang berlangsung serentak di seluruh penjuru negeri. Keterbatasan jumlah produksi tidak berbanding lurus dengan tingginya kebutuhan sehingga harga di tingkat pasar “ditarik” oleh dahsyatnya permintaan.

Naiknya harga-harga menjelang lebaran lebih dikarenakan oleh opsi kedua, yaitu Demand Pull Inflation. Tidak ada kekuatan yang mampu menahan laju kenaikan harga dalam kondisi seperti itu. Meski pemerintah sudah menggariskan HET (Harga Eceran Tertinggi), namun tampaknya hukum pasar lebih kuat menarik harga ke atas daripada hukum negara yang menekan harga ke bawah.

Demikian juga terjadi di property. Harga tanah dan rumah selalu merambat naik karena kebutuhan tempat tinggal terus meningkat setiap tahun. Akibatnya, harga property tertarik ke atas dan menjadilah harganya terus naik setiap tahun.

Mungkin karena kenaikan harga yang terus merangkak itu, cepat-cepat Robert Kiyosaki, pengarang buku Rich Dad Poor Dad pernah mengingatkan bahwa untuk mencapai untung besar di hari esok, investasi paling aman adalah rumah dan tanah. Kedua barang itu sangat dekat dengan tarikan permintaan***

Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com