Minggu, Mei 31, 2009
Kampanye-lah Agar Konsumen Yakin
Coba bayangkan jika pemilihan presiden (Pilpres) dilakukan tanpa kampanye. Bagaimana kita mengenal sang calon Presiden (Capres)? Gagasan-gagasannya? Misi visinya? Program jangka pendeknya?
Besok 2 Juni 2009, jika tidak ada aral melintang akan dimulai kampanye Pilpres. Dengan tiga Capres orang-orang hebat negeri ini, kita kemudian disuguhkan pilihan sulit. Semuanya baik. Semuanya pintar. Semuanya jujur.
Di zaman serba demokratis saat ini, segalanya kita putuskan lewat proses ”telaah kampanye”. Pasangan hidup sekalipun, diputuskan setelah melalui masa kampanye yang lazim disebut penjajakan (sebagian menyebutnya pacaran). Rumah yang kita tinggali juga dibeli setelah melalui perhitungan matang. Termasuk barang-barang yang kita kenakan saat ini mulai jam tangan, baju, sepatu, hingga pakaian dalam, tidak serta merta kita beli tanpa mempertimbangkan ”janji-janji kampanye” di papan-papan iklan.
Karena produk punya segmen beraneka ragam, maka bahasa kampanye pun sepatutnya disesuaikan dengan segmen yang disasar. Ketika mobil Mercedes membidik konsumen middle – up, bahasa kampanyenya tampak lebih eksklusif. Begitu pun ketika biskuit Oreo menyasar anak-anak, bahasa yang digunakannya terkesan lucu dan kekanak-kanakan.
Masa kampanye Pilpres segera berlangsung sebulan penuh. Sebentar lagi Capres menebar janji-janji kampanye; bergerilya dari kota besar hingga dusun desa, dari sejuknya ruang ber-AC hingga gerahnya terik matahari, dari lembutnya permadani hingga kakunya lumpur pematang sawah.
Garis besar yang ingin disampaikan sang Capres sesungguhnya hanya satu: kehidupan yang lebih baik. Itu saja! Lagu merdu itu kemudian dilantunkan dalam berbagai irama, seperti meningkatkan gaji guru, menekan angka pengangguran, membebaskan pajak, gratis pengobatan, dan banyak lagi.
Dalam pemasaran dikenal proses pengambilan keputusan membeli konsumen melalui tiga tahap: awareness (kesadaran), preference (kesukaan), dan conviction (keyakinan). Konsumen terlebih dahulu harus sadar jika sedang memilih produk. Dari sederet pilihan, konsumen harus tertarik pada salah satu produk yang berjejer. Tahap akhir, konsumen mutlak meyakini bahwa pilihannya sudah tepat.
Pilpres ibarat memilih produk. Untuk bisa dipilih konsumen, produsen harus memasuki alam kesadaran konsumen, alam kesukaan konsumen, dan alam keyakinan konsumen. Untuk itu, promosi (kampanye) menjadi media yang tepat untuk memasuki emosi konsumen hingga mereka betul-betul yakin bahwa pilihannya memang sudah tepat!***
Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)