Selasa, Juni 23, 2009

Setingkat di Atas Persepsi

“Anda mau sehat? Cuci tangan 60 detik sebelum makan,” begitu kira-kira sepenggal ajakan Gubernur kita di beberapa sudut kota ini. Tujuannya, agar masyarakat membiasakan hidup sehat. Singkat, padat, jelas.

Sehat adalah persepsi. Semua kita pasti mau sehat. Sebagaimana kaya adalah persepsi, maka semua kita ingin kaya. Mengapa kemudian ketika kita mempunyai kesamaan persepsi untuk sehat dan kaya, kita berbeda memilih cara hidup? Ingin sehat tapi merokok sebagaimana ingin kaya tapi malas.

Kebanyakan kita hanya berada di panggung persepsi dan tidak merasa perlu berada setingkat lebih tinggi di atasnya. Kondisi yang sama, juga banyak terjadi dalam kasus-kasus pemasaran.

Pekan lalu saya melakukan perjalanan wisata dari Makassar ke Kuala Lumpur dengan Air Asia. Sehari di sana, dilanjutkan ke Singapura dengan bus. Setelah itu, kembali ke tanah air via Batam dengan Ferry. Yeah… sebuah perjalanan singkat melelahkan dengan beraneka moda transportasi.

Karena tujuan perjalanan ini adalah berkeliling, maka saya pun memilih jalur berputar hingga ke Batam. Kondisinya berbeda jika pertimbangannya adalah efisiensi waktu. Mungkin saja, segala-galanya dilakukan dengan pesawat tanpa mempertimbangkan biaya, kesenangan, dan lainnya.

Saat Air Asia bercermin tarif murah penerbangan, dia temukan ada South West dari Amerika dan Ryan Air dari Eropa. Ia pun tertarik, lalu memposisikan diri sebagai penerbangan berbasis LCC (Low Cost Carrier) dengan motto tenarnya: now, everyone can fly.

Persepsi untuk menjadi penerbangan termurah terus dilakukannya. Ia juga melakukan efisiensi dengan menghilangkan fasilitas makan–minum di pesawat. Lokasi parkir juga dipilih yang jauh dari pintu keluar agar biaya parkir murah --meski penumpang perlu berjalan kaki puluhan meter ke pintu keluar. Keberadaan pesawat juga diperhitungkan untuk lebih banyak di udara yang tanpa ongkos parkir daripada di terminal dengan biaya parkir tinggi.

Khusus di Malaysia, pihaknya mempunyai terminal sendiri yang tidak digabung dengan penerbangan lain karena bandara yang satu ini agak bercampur jalan kaki --layaknya penumpang baru turun dari bis terminal menuju pintu keluar.

Apapun itu, Air Asia telah memperkokoh jati dirinya di jalur LCC. Dia tidak sekadar menari-nari di dalam persepsi. Dia berusaha berada setingkat di atasnya. Ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan penjualan, kita tidak sekadar butuh persepsi. Kita butuh setingkat lagi, yaitu Action! ***


Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com