Senin, Agustus 17, 2009

Pentingnya Benak Pasar

Mbah Surip memang telah pergi. Pencinta musik Reggae itu menutup usianya tepat dua pekan lalu (04/08) secara mendadak karena kelelahan dan dehidrasi. Popularitas yang mengorbit lewat hits Tak Gendong itu pergi meninggalkan jutaan fans di negeri ini.

Semua terjadi begitu cepat. Termasuk kepopuleran lagu Tak Gendong, juga melejit begitu cepat. Saking cepatnya, royalti RBT (Ring Back Tone / nada sambung di handphone) yang kabarnya senilai milyaran rupiah itu belum sempat dicicipi pencinta kopi kental ini.

Dua hari berselang, sang burung merak WS Renda juga pergi untuk selamanya (06/08). Budayawan bersuara serak itu, meninggal di usia 75 tahun menyusul kepergian Mbah Surip, sahabatnya.

Beberapa pekan sebelumnya, Michal Jackson juga menghembuskan nafas terakhir di Los Angeles, Amerika Serikat. Nama yang lebih dikenal sebagai “King of Pop” ini terus melegenda di belantara musik dunia.

Mbah Surip, WS Rendra, dan Michael Jackson adalah deretan nama yang sudah menjadi brand di benak penikmat seni negeri ini. Sama dengan selebritas lainnya, mereka sudah mempunyai positioning masing-masing di benak publik.

Ibarat sebuah kompleks perumahan dengan ratusan rumah. Setiap selebritas punya warna rumah yang berbeda-beda. Warga kampung yang melintasi kompleks itu mengetahui warna biru adalah rumah si Fulan, warna kuning rumah si Budi, warna merah rumah si Romi, dan seterusnya.

Begitu pula yang terjadi di positioning. Selebritas sebagai sang pemilik brand selalu “mempercantik rumah” dengan polesan warna-warni. Hingga suatu saat tampak warna dominan di antara puluhan warna yang dicatkan di dinding rumah.

Di jalur kompetisi, kita butuh warna ekstrim. Tidak ada tempat bagi warna abu-abu di lintasan balap. Yang selalu terlihat hanyalah warna merah, biru, kuning, putih, atau hitam. Kita butuh brand yang kuat. Kita butuh positioning yang nyata.

Produk yang mempunyai banyak kelebihan sesungguhnya tidak sepenuhnya baik. Dengan satu kelebihan tapi menonjol justru lebih baik. Produk butuh “warna dominan” dari deretan produk pesaing di sekitarnya, agar mudah dikenal pasar.

Apa yang ada di benak publik, itulah positioning kita. Positioning is what people thinks about. Untuk itu, sangat dibutuhkan “racun positif” yang dapat menghunjam masuk ke sel-sel otak karena positioning adalah benih yang menghasilkan brand image.

Jika kita berhasil menanam benih yang baik, maka ia juga akan menghasilkan brand image yang baik. Perang pemasaran sesungguhnya tidak berada di pasar nyata, tetapi ada di benak pasar.***


Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com/
Dimuat Harian Kendari Pos, 18 Agustus 2009