Selasa, Oktober 27, 2009

Biaya Hidup Tenang

Sebenarnya, ulasan ini lebih mengarah ke investasi masa depan dibanding persoalan pemasaran. Tulisan ini sengaja diangkat untuk menjawab permintaan pembaca yang masuk ke saya beberapa hari lalu agar mengulas sisi lain dunia investasi yang dikhususkan bagi pasangan baru menikah. Meski demikian, tulisan berikutnya akan kembali ke khittah-nya pada kasus-kasus pemasaran.

Dalam keseharian kita, sejak bangun tidur hingga tidur kembali, selalu ada dua sisi mata uang: kalau bukan untung, pasti buntung. That’s it!

Sebulan terakhir, kejadian gempa sangat akrab terdengar di telinga kita. Peristiwa yang memporakporandakan Aceh enam tahun silam, akhir bulan lalu juga mengguncang Sumatera Barat. Menyusul gempa-gempa kecil di Manokwari, Sukabumi, Saumlaki Maluku, dan lainnya.

Selain gempa, keseharian kita memang selalu dalam ancaman. Lihatlah bagaimana rumah bisa terancam kebakaran, kendaraan terancam kecelakaan, anak-anak terancam sakit, pekerjaan terancam PHK, dan lainnya.

Setiap gerak kita selalu ada sisi suka dan sisi duka. Jika untung, hidup kita hari ini menari di atas pentas suka. Jika buntung, maka hidup kita sedang murung di atas trotoar duka. Gempa, kebakaran, kecelakaan, penyakit, PHK, terus membayang-bayangi risiko hidup kita.

Sebagai pasangan rumah tangga yang baru menikah, ketenangan hidup jangka panjang selalu menjadi agenda penting. Kebutuhan utama sandang–pangan-papan adalah kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar. Makan minum–pakaian–perumahan merupakan kebutuhan super pokok.

Kebutuhan serentak dari seluruh lapisan pengantin baru itu kemudian mendorong kebutuhan ini dengan sangat kuatnya ke permukaan. Selanjutnya berefek domino ke harga barang-barang yang terkerek naik. Keperluan makan-minum-pakaian masih bisa dimonitor kapasitas produksinya di pabrik sehingga dapat memenuhi kebutuhan.

Namun keperluan perumahan sangat terkait dengan lahan di bumi yang pertumbuhannya (pelebaran kota) dikalahkan oleh pertumbuhan pasangan baru. Untuk itu, harga lahan (tanah) dan rumah selalu bergerak naik karena didorong kebutuhan pengantin baru yang bertumbuh cepat.

Setelah kebutuhan primer itu terpenuhi, masih ada sederet risiko lain yang perlu dilirik seperti kebakaran, kecelakaan, perawatan rumah sakit, dan lainnya. Langkah cukup bijak yang dapat kita lakukan untuk kebutuhan yang tak terduga itu adalah “mengalihkan“ risiko ke pihak lain, dengan asuransi misalnya.

Hidup sang pengantin baru tentu akan lebih tenang karena risiko-risiko tamu tak diundang itu bisa diminimalisir. Tentu saja di balik itu, ada konsekuensi nominal tertentu yang harus dibayar sebagai “biaya hidup tenang“.***


Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com