Ketika berkunjung ke suatu kota, kita selalu mencari makanan khas daerah itu dengan bertanya ke orang-orang sekeliling kita. Entah ke teman kantor, supir taxi, bahkan ke tukang ojek. Serta merta apa yang dikatakan oleh mereka, kita langsung percaya dan mencari warung dimaksud.
Kenapa untuk urusan yang satu ini, kita dengan mudahnya langsung percaya apa kata mereka? Kenapa rekomendasi tukang ojek langsung dituruti? Kenapa kita tidak mencari informasi ke koran atau TV? Bukannya media massa sudah diyakini penyalur informasi terlengkap mulai dagangan mobil hingga makanan?
AC Nielsen, sebuah lembaga survei independen pernah mempublikasikan hasil surveinya (April 2007) yang menunjukkan bahwa dalam keputusan membeli, pengaruh kekuatan “lidah“ jauh mengalahkan kekuatan “media“.
Konsumen ternyata lebih percaya pada “apa kata orang“ daripada “apa kata media“. Rekomendasi teman menempati urutan teratas (78%) mengalahkan informasi koran (63%) bahkan televisi (56%). Artinya bahwa dalam membeli produk apapun, konsumen lebih cepat percaya apa yang direkomendasikan orang lain (mungkin karena diyakini orang tersebut sudah merasakan sebelumnya) daripada apa yang disampaikan melalui iklan.
Mendukung survei ini, tidak ada salahnya kita bertanya ke diri sendiri. Selama ini, salon yang dipercayakan menggunting rambut kesayangan kita berdasarakan rekomendasi teman atau iklan? Handphone yang kita gunakan, dulu dibeli berdasarkan apa kata teman atau apa kata iklan? Coto langganan yang kita kunjungi saban hari karena pengaruh teman atau pengaruh iklan? Bahkan untuk urusan sekolah putra-putri tercinta, apakah kita kasak-kusuk cari informasi ke teman-teman atau ke iklan-iklan?
Mmmh... silakan jawab sendiri. Jangan kedengaran Manager Iklan yaa :-).
Lidah, memang diyakini tak bertulang. Lidah juga diyakini bisa melukai hati orang lain. Dalam kasus pemasaran, lidah bahkan diyakini mampu melejitkan produk hingga ke bintang sekaligus mampu menghentakkannya hingga ke dasar laut. Kekuatan Word of Mouth (WoM) sangat tajam merasuki keputusan berbelanja konsumen.
Untuk mendapatkan dukungan suara dari “partai lidah“ dibutuhkan upaya merangkul orang-orang pilihan yang berpotensi mempengaruhi suara di TPS (baca: pasar). Salah satu cara terbaik merekrut orang-orang pilihan melalui jaringan komunitas.
Komunitas adalah tempat berkumpulnya “kader partai“ yang diharapkan berfungsi sebagai penyampai informasi produk. Karena konsumen lebih percaya pada “apa kata orang“, maka gunakanlah kesempatan terbaik ini untuk menanamkan “racun informasi“ bahwa produk Anda-lah yang terbaik.
Dalam kompetisi makin demokratis ini, giliran “Partai Lidah“ yang unjuk gigi. Ini orde “Rekomendasi“, Bung!***
Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com
Minggu, Maret 22, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)