Selasa, Oktober 20, 2009

Menunggu Telepon Presiden

Hari-hari terakhir, mungkin saja pejabat-pejabat negara tidak ingin mematikan ponselnya karena khawatir ditelepon Presiden untuk sebuah tugas suci di kabinet mendatang.

Menjadi sebuah kebanggan jika berhasil terpilih sebagai pembantu presiden untuk masa bakti lima tahun ke depan; yang selama ini menjadi idaman jutaan orang.

Customer is King kembali berlaku. Presiden ibarat pelanggan yang memilih-milih produk. Para calon menteri ibarat produk yang dijejer di etalase. Siapa yang paling menarik, dialah akan terpilih.

Sebagai pelanggan, sang Presiden tentu saja memilih produk berkualitas, produk yang tidak cacat, dan produk yang kualitas brand-nya sudah dikenal. Khusus produk-produk yang tidak pernah mengecewakan sang pelanggan, akan di-repeat order untuk masa pemakaian lima tahun lagi.

Agar mudah diingat di benak konsumen (sang Presiden), produk diharapkan punya nilai lebih. Dia seharusnya tidak seperti produk-produk kebanyakan yang hanya tamatan S1, mengerti komputer, secuil bahasa asing, dan bisa bicara. Produk yang dilirik adalah jebolan dari mesin canggih bersertifikat dan higienis, alumni S2 luar negeri, kuasai perkembangan teknologi, lancar bahasa Inggris, dan punya kemampuan negosiasi.

Saatnya pelanggan berkuasa! Saatnya pembeli unjuk gigi! Saatnya sang Raja menduduki tahta kekuasaan bernama keleluasaan memilih produk berkualitas!

Dalam kapasitas sebagai produk, ia seharusnya tidak sekadar "duduk manis menunggu telepon". Produk juga perlu pro-aktif unjuk sebuah kekuatan nilai jual; mulai kemasan, brand, hingga after sales values.

Pekan lalu, saya berkunjung ke Candi Borobudur di Jawa Tengah. Meski candi itu tidak lagi dikategorikan keajaiban dunia sejak tahun lalu, pengunjung tetap saja ramai. Juga penjual tetap saja padat.

Sadar akan tingginya kompetisi antar pedagang, mereka tidak ingin berlama-lama menunggu panggilan sang Raja (pengunjung). Justru pedagang yang membaca "mata" calon pembeli. Ketika dilihatnya sedang menjejalkan pandangan, pedagang langsung mendekat dan menawarkan barangnya; mulai souvenir hingga jasa pemotretan.

Pro-aktif, salah satu kunci keberhasilan tim pemasar. Dalam kapasitas sebagai Raja, pelanggan tidak punya cukup waktu mencermati produk-produk berkualitas. Sang Raja hanya mengetahui dari brand image yang ditanam selama bertahun-tahun dan informasi-informasi para pembisik (word of mouth marketing).***

Dimuat di Harian Kendari Pos, 19 Oktober 2009
Saran : 0815 2400 4567