Tidak sedikit pembaca kolom ini menanyakan tulisan saya yang tidak terbit dua pekan terakhir. Sengaja saya tidak menulis, selain karena padatnya ruang halaman oleh iklan partai, juga dikarenakan konsentrasi pembaca (tampaknya) lebih banyak tersedot ke wacana-wacana politik.
Pekan lalu, pesta demokrasi baru saja usai. Tentu saja, ada menang ada kalah. Ibarat sebuah pameran akbar, setiap Caleg membuat stand pameran dan berharap ada yang datang berkunjung. Berbagai cara dilakukan untuk menarik simpati pengunjung, mulai senyum tulus hingga program-program jangka panjangnya.
Usai pameran digelar, bagi yang banyak dikunjungi menerima ucapan selamat. Sementara yang kurang dikunjungi kembali mengevaluasi diri, merenung, bahkan mungkin stress.
Back to zero.
Setelah gagal di pameran akbar, para Caleg kembali berpikir dari titik nol untuk pameran-pemeran lain berikutnya. Seharusnya, ini bukan sebuah kegagalan karena sesungguhnya tidak ada yang gagal dalam kehidupan ini. Yang ada hanya orang-orang yang berhenti mencoba. Begitu kata orang bijak.
Dalam kasus-kasus pemasaran kondisi seperti ini sangat sering ditemukan. Produk melimpah di pasar dengan berbagai merek. Dalam waktu tertentu setelah periode penjualan dan ternyata tidak mencapai target, apa yang dilakukan kemudian?
Salah satunya adalah memberi ”rasa” pada produk yang dipasarkan. Boleh berarti harga lebih murah, varian lebih banyak, garansi lebih lama, dan seterusnya. Karena untuk dilirik konsumen, produk yang dipasarakan sepatutnya punya keunikan dibanding yang lain. Konsumen selalu lebih tertarik pada barang yang punya nilai lebih.
Kembali ke Caleg. Bagi yang belum berhasil mendapat suara terbanyak, kesempatan masih terbuka lebar dan pasar masih terlentang luas. Produk yang tidak laku di suatu pasar, bukan jaminan tidak laku pula di pasar lain. Dunia belum kiamat, Bung!
Tidak sedikit orang sukses justru lahir dari pengalaman sebagai orang gagal. Motivator Andre Wongso (Sekolah Dasar tidak tamat), Pemilik Primagama Purdi Chandra (berhenti kuliah di UGM), Orang Kaya Dunia Bill Gates (tidak tamat kuliah di Harvard University), dan banyak lagi.
Manusia ataupun produk yang kembali ke titik nol, tidak selamanya berarti murka. Mungkin itu adalah berkah. Justru karena berada di titik nol, maka jutaan titik lainnya dapat kita lihat dengan lapang. Tugas kita adalah menyiasati kesempitan menjadi sebuah kesempatan.***
Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com/
Dimuat di Harian Kendari Pos (Jawa Pos Group), 13 April 2009
Minggu, April 12, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)