Minggu, Oktober 26, 2008

Saat Context Berbicara

Menginap di hotel berbintang pastilah mewah. Standar pelayanan yang tinggi berusaha diciptakan untuk menjadikan tamu-tamu serasa ada di rumah sendiri atau feel at home. Lazimnya, sebuah hotel dikategorikan hotel berbintang jika memenuhi syarat tertentu seperti lobi, restoran, lahan parkir, kolam renang, jumlah kamar, dan sebagainya. Kelengkapan syarat menentukan kategori bintangnya.

Hotel sesungguhnya menjual pelayanan dalam bentuk content dan context. Sebagai tempat menginap adalah content-nya sementara kenyamanan yang terbungkus rapih melalui sambutan hangat resepsionis, alunan music di lobi, fasilitas kolam renang yang bersih, view kamar mengarah ke bibir pantai, empuknya spring bed beserta bantal-bantalnya adalah sederet context.

Persaingan terbesar di bisnis hotel ada pada context. Siapa yang berhasil memoles context, merekalah yang menang. Bahkan saat context berbicara, lalu harga bukan lagi persoalan.

John Gray, pengarang buku Men are From Mars - Women are From Venus mengatakan bahwa pria berasal dari planet Mars mengedepankan rasio (logika) sementara wanita berasal dari Venus yang lebih mengutamakan emosi (perasaan). Keduanya sering terjadi perselisihan karena berasal dari planet berbeda, lalu berbeda pulalah sudut pandangnya.

Seiring bergeraknya kebutuhan secara dinamis, kini pria sudah menggandeng wanita ke alam Venus dan menjadikan emosi lebih penting dibanding rasio. Dalam kasus pemasaran, dapat diterjemahkan bahwa mayoritas konsumen saat ini sudah bergeser mengedepankan context dibanding content.

Selain bisnis hotel, terdapat pula sejumlah jalur bisnis yang karena mengusung context lalu tidak pernah sepi peminat. Cermatilah pengagum Harley Davidson, penikmat Kopi Sturbuck, penggila tas Lois Vitton, pelanggan restoran Kentucky Fried Chicken, penggemar buku-buku Gramedia, pengguna handphone Nokia, dan banyak lagi.

Nokia, salah satu merek pengusung Context telah membuktikan pada dunia selaku pemenang mengalahkan dominasi pendahulunya (Ericsson, Motorola, Siemens). Belasan tahun lalu, ketika produsen handphone mengutamakan kualitas, Nokia hadir membawa positioning berbeda: connecting people, handphone yang mengerti Anda, handphone tanpa sudut laksana tubuh manusia yang juga tanpa sudut.

Nokia tidak bicara kualitas (content). Nokia bicara lebih humanis (context). Keberaniannya mengusung Context Differentiation saat itu membuahkan hasil signifikan selama bertahun-tahun. Selama satu dekade, Nokia telah merajai industri handphone di dunia.

Satu bukti, saat Context berbicara, pasar dunia sekalipun ikut takluk.***


Dimuat di Harian kendari Pos, 27 Oktober 2008