Ada-ada saja cerita lucu di balik pemilihan legislatif baru-baru ini. Mereka yang gagal terpilih secara terang-terangan menunjukkan sikap anehnya. Terdengarlah mantan Caleg yang mengambil kembali bantuan sarung dari warga. Ada pula menyegel sekolah yang telah didirikannya puluhan tahun lalu. Juga karpet bludru pengajian ditarik kembali karena suaranya tidak sesuai yang dibayangkan.
Senyum manis yang terpampang di baliho selama berbulan-bulan, serasa disambar petir berubah jadi senyum kecut. Kemarau setahun dihapus hujan sehari.
Perilaku aneh mantan Caleg di se-antero nusantara, sudah pasti berawal dari sebuah kekecewaan. Mereka yang terlanjur “mengasumsikan” dirinya memperoleh suara banyak namun kenyataannya tidak demikian, berimplikasi pada tingkah aneh dan stress itu.
Berharap dipilih warga miskin melalui titipan sarung, berharap dipilih kelompok guru melalui titipan sekolah binaan, berharap dipilih kelompok pengajian melalui titipan karpet. Kenyataannya, justru jauh di bawah bayang-bayang harapan.
Kondisi ini lazim disebut dengan Over Expectation.
Ibarat produk, saat Caleg memproklamirkan diri untuk dipilih melalui baliho, sesungguhnya dia sedang beriklan. Makin cerdas sebuah produk diiklankan, makin cepat pula dilirik konsumen.
Satu hal yang menarik bahwa kebanyakan Caleg mengasumsikan dirinya dipilih berdasarkan feeling berlabel bantuan. Sementara dalam kasus pemasaran, feeling sama sekali tidak dikenal. Pasar itu butuh angka-angka. Pasar tidak butuh perasaan. Pasar tidak butuh asumsi yang tak berdasar.
Karena itu, dalam organisasi pemasaran kadang dibentuk unit khusus yang berfungsi sebagai marketing inteligent. Tugasnya memantau pergerakan pasar, inovasi kompetitor, dan prospek bisnis keseluruhan. Secara rutin unit tersebut juga melakukan sampling sehingga arah persaingan pasar bisa diprediksi, bahkan jumlah pelanggan di akhir tahun bisa ditebak.
Caleg tidak melakukan seperti ini. Mereka hanya memprediksi berdasarkan feeling. Ketika asumsi feeling meleset jauh, berimbaslah pada tingkah laku aneh dan stress karena kenyataan jauh lebih buruk dari harapannya.
Agar tidak terjadi hal yang sama di pasar terhadap produk yang sedang kita pasarkan, saatnya dipikirkan fungsi kerja marketing inteligent. Salah satu tujuannya, agar tidak terjadi Over Expectation seperti para mantan Caleg yang banyak stress itu.***
Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com/
Dimuat di Harian Kendari Pos (Jawa Pos Group), 20 April 2009
Minggu, April 19, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)