Senin, Desember 22, 2008

Memburu Sang Raja

Cash is King. Kalimat itu tiba-tiba menggelegar ke seluruh penjuru setelah Amerika terkapar karena krisis global. Semua negara terkena dampaknya. Tidak terkecuali Jerman, Jepang, Singapura, apalagi Indonesia.

Yeah... Dana segar kini betul-betul menjadi raja. Selain keajaiban doa, kedigdayaan dana segar kini mengambil peran penting. Siapa memegang dana segar, maka dia mempunyai "pelampung" untuk keluar dari gelombang besar krisis finansial.

Berbeda dengan krisis dialami negeri ini 10 tahun lalu. Saat itu hanya dipicu oleh kondisi internal sementara kali ini oleh kondisi eksternal di jantung ekonomi dunia, Amerika Serikat. Karena posisinya yang sangat strategis, ketika ia batuk maka gemetaranlah bagian tubuh yang lain. Indonesia, salah satu anggota tubuh itu.

Meski hanya diawali transaksi cicilan KPR namun dampaknya meluas hingga ke hadapan kita. Tidak sedikit perusahan ekspor menutup industrinya karena tidak ada aktivitas bisnis. Pembeli di luar negeri menahan dana segarnya untuk keperluan primer mereka. Mendatangkan barang dari Indonesia menjadi urutan ke-13. Akibatnya, tidak ada perputaran ekonomi lalu menjadi primadona-lah "perburuan" dana segar..

Peta ekonomi serta merta berubah. Pola belanja konsumen juga ikut berubah. Saat menjelang pergantian tahun, pola investasi juga ikut diperhitungkan untuk tahun depan.

Bukan lagi saat tepat mengandalkan dana mengendap karena tantangan tahun depan diprediksi jauh lebih berat dari tahun ini. Sepanjang ada celah investasi, sebaiknya dipersiapkan dari sekarang.

Don't put your eggs in one basket (Jangan letakkan telur-telurmu di keranjang yang sama). Pameo investasi ini perlu kembali didengungkan. Untuk bisa bertahan di tengah gelombang, jangan hanya mengandalkan satu kekuatan. Optimalkan arah angin, kain layar, gerakan tubuh, dan semua yang bisa dikerahkan.

Telur yang kita miliki perlu disimpan di banyak keranjang. Ketika salah satunya pecah akibat hempasan krisis, kita masih punya beberapa telur di keranjang lain. Peta investasi yang sulit terbaca memaksakan kita untuk segera membagi-bagi telur (diversifikasi usaha) ke beberapa keranjang investasi.

Ekspor yang pernah berjaya kini redup. Cengkeh dan cokelat yang dulu diidamkan kini lunglai. Saham yang pernah melejit kini terus menukik. Tak ada yang ahli membaca peta bisnis yang sangat fenomenal ini.

Mumpung masih tersisa waktu sepekan, masih ada ruang bagi kita untuk sama-sama memikirkan "permainan baru" di tahun baru nanti. Satu saran saya: jangan biarkan dana terlalu lama mengendap karena tahun depan dana segar masih menjadi primadona.

Bahkan dana segar nanti bukan lagi sekadar jadi Raja. Ia juga akan menjelma sebagai "Jack, Queen, dan King". ***

Saran via SMS: 0815 2400 4567
Dimuat di Harian Kendari Pos (Jawa Pos Group), 22 Desember 2008