Sudah lebih sepertiga abad saya injakkan kaki di bumi, baru pertama kali diberi kado khusus pekan lalu, dari salah seorang kawan. Satu kantong kresek hitam diantarkan pagi-pagi buta ke rumah saya dengan penuh riang. “Ini oleh-oleh Bombana,” katanya singkat. Setelah saya buka, ternyata berisi pasir. Benar-benar pasir!
Maksud kawan yang baru saja pulang dari Bombana itu memberi sekantong pasir supaya saya belajar mendulang sendiri karena dia mencoba mendulang di rumahnya dari pasir yang sama dan mendapatkan beberapa butiran emas. Wow!
B-o-m-b-a-n-a. Kota yang dulu tidak terpikirkan tiba-tiba jadi topik hangat di mana-mana. Mulai dari warung kopi, apotik-apotik, ruangan menteri, hingga lantai bursa tidak berhenti membicarakannya. Betapa tidak, saat terjadi krisis global dan kepanikan perekonomian yang luar biasa di seantero dunia, Bombana hadir membawa harapan hidup yang lebih baik.
Saat terjadi penemuan butiran emas di sana, ratusan manusia kemudian berkumpul. Selang sepekan, dikabarkan lautan manusia sudah ribuan. Sepekan berikutnya, diberitakan lagi sudah menyentuh dua puluh ribuan.
Tidak lama berselang, terdengar pula penemuan biji intan di Konsel (Konawe Selatan). Tidak cukup sepekan, pencari intan langsung menyemut ribuan manusia. Apa pula ini? Kenapa secepat itu manusia menyemut? Apakah karena masyarakat kita kebanyakan pengangguran dan ketika mendengar penemuan emas dan intan langsung beranjak dari lamunan?
Padahal Bombana dan Konsel sendiri tidak pernah beriklan!
Bombana dan Konsel, dua contoh menarik dikupas dengan kacamata marketing. Bergerombolnya pencari emas dan intan di kedua tempat itu karena dampak cerita yang didengungkan dari mulut ke mulut, yang dalam kasus pemasaran secara spesifik dikenal dengan istilah Buzz Marketing.
Ketika efek buzz (dengung) berhasil diciptakan, maka setengah perjalanan sesungguhnya sudah direbut. Urusan “biji intan” yang di-buzz-kan itu asli atau tidak, bukan lagi hal utama. Minimal, sebagian “produk buzz” sudah terdengar ke mana-mana, seperti kata Intan, Konsel, Sultra, Gubernur Baru, dan seterusnya.
Buzz marketing adalah turunan dari sebuah gambar besar yang disebut WOMM (Word of Mouth Marketing = aktivitas pemasaran yang menstimulus konsumen hingga secara tidak sadar merekomendasikan produk/jasa kepada orang lain).
Konsep WOMM mengenal banyak cara, di antaranya Buzz Marketing, Viral Marketing, Guerilla Marketing, Community Marketing, dan Blog Marketing. Keterbatasan ruang ini tidak memungkinkan dibahas secara serentak.***
Dimuat di Harian Kendari Pos, 20 Oktober 2008
Senin, Oktober 20, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar