Dunia terkejut! Michael Jackson dikabarkan meninggal setelah lama tak terdengar kabarnya. Kamis (24/05) pekan lalu, ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit UCLA Los Angeles, Amerika Serikat di usia 50 tahun.
Banyak yang tidak menduga pelantun lagu “Heal the World” itu akan meninggal secepat ini. Sebelum meninggal, ia dikabarkan mengalami cardiac arrest atau mendadak terhentinya kerja jantung di kediamannya di Los Angeles barat.
Sejumlah spekulasi menghiasi kepergian King of Pop ini. Salah satu di antaranya, dikabarkan banyak menenggak obat penenang seperti Demerol, Xanac, dan Zoloft. Konsumsi obat-obatan yang sudah dilakoninya sejak 1993 itu diduga pemicu serangan jantungnya.
Apapun kondisinya, Jackson adalah Jackson. Ia telah mengukir namanya di industri musik dunia. Namanya terus dikenang, meski nama itu kini terpajang membisu di batu nisan.
Ibarat sebuah merek (brand), nama Jackson sudah tertancap di benak konsumen selama puluhan tahun. Lazimnya, merek akan terus tertanam selama puluhan tahun lagi dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa menghilang.
Pernah dengar Coca Cola, Toyota, Dji Sam Soe, atau Aqua? Merek-merek itu sangat akrab di telinga kita bahkan kita sendiri tidak tahu di mana letak pabriknya. Jika suatu ketika terjadi gelombang tsunami menghempas habis seluruh pabrik merek itu, bukan pertanda riwayatnya juga ikut tamat.
Pabrik bisa hancur lebur. Karyawan bisa serentak terkubur. Namun merek tak pernah mati. Di sinilah kehebatan merek!
Produk dibuat di pabrik dan merek dibentuk di otak. Jika pabrik ditelan bumi, maka ia tidak bisa berproduksi. Meski produk tidak lagi bisa diproduksi, merek masih terus tertancap karena konsumen masih punya otak.
Soekarno, Lady Diana, dan Marilyn Monroe adalah sederet nama yang masih terus dikenang meski mereka sudah di alam kubur. Bank Bali, Sempati Air, Adam Air, dan Satelindo juga sederet nama yang masih tertancap meski nama-nama itu sudah almarhum.
Begitupun Jackson. Nama itu akan terus tertanam di industri musik hingga puluhan tahun lagi. Kekuatan merek telah menghantar nama Jackson untuk tidak pernah mati.
Dalam kasus pemasaran, merek menempati posisi teratas. Seperti sebuah payung besar, merek menaungi produk-produk di bawahnya. Jika merek unggul, produk ikut laris. Jika merek rusak, maka produk tidak laku, pabrik tutup, perusahaan bangkrut.
Konon kabarnya, nilai merek Coca Cola saat ini lebih tinggi dibanding seluruh assetnya. Ini membuktikan bahwa kekuatan merek adalah king of popularity (raja popularitas), yang mengalahkan kekuatan-kekuatan lain di sebuah industri. ***
Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com
Dimuat di Harian Kendari Pos, 29 Juni 2009
Senin, Juni 29, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar