Jumat, Oktober 02, 2009

Tiga Pos Besar

Akhir pekan lalu, saya diundang sebagai pembicara pada Konferda WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) di salah satu hotel berbintang di kota Kendari. Temanya terbilang kompleks karena mengulas krisis global dan dampaknya bagi negeri ini.

Berhubung semua pesertanya ibu-ibu, materi yang terdengar di awang-awang itu dibuat lebih membumi, dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari ibu-ibu rumah tangga yang tahu betul antara besaran penghasilan keluarga dan deretan pengeluaran.

Pasal pertama yang patut diingat bahwa tidak ada pakar dalam krisis. Amerika yang menjadi kiblat perekonomian dunia sekalipun, tidak kuat menahan badai krisis, ditandai dengan dirumahkannya lebih 300 ribu karyawan tahun lalu, yang bahkan tercatat sebagai peristiwa PHK paling tragis dalam 5 tahun terakhir.

Pasal kedua bahwa semakin tinggi pohon menjulang, semakin besar pula angin menerpa. Amerika yang mempunyai ribuan pakar ekonomi harus rela meratapi rontoknya kekuatan finansial perbankan bahkan yang telah berusia lebih 100 tahun sekalipun. Terdengarlah Merril Lynch, Lehman Brothers, dan Goldman Sachs yang secara bergantian tumbang diterpa badai.

Dalam kondisi yang carut marut seperti itu, jawaban paling tepat bagi mereka saat terjadi krisis adalah ketersediaan dana segar. Cash is King, kata sejumlah pakar. Demikian halnya ibu-ibu, bahwa sekecil apapun penghasilan bulanan dan sebesar apapun badai pengeluaran yang dihadapi, sedapat mungkin tersisa sedikit dana segar sebagai penawar dampak krisis.

Karena menurut konsultan keuangan Safir Senduk, penduduk negeri ini lebih banyak belajar cara memperoleh penghasilan tapi lupa belajar cara mengelola penghasilan. Lebih jauh ia paparkan bahwa terdapat tiga pos pengeluaran terbesar yang selalu terjadi setiap bulan, yaitu biaya telekomunikasi, biaya mengikuti tren pakaian dan elektronik, dan biaya entertaintment.

Dan betul! Dalam kasus-kasus pemasaran, perseteruan seru memang selalu terjadi di tiga titik rawan itu. Perang tarif, perang harga, juga perang persepsi selalu menggeliat di ketiga industri itu. Perhatikan iklan di TV, radio, koran, majalah, juga di media luar ruang sebangsa bando jalan, billboard, baliho, spanduk, umbul-umbul, ataupun poster. Produk apa yang selalu mencuat?

Cukuplah krisis global melanda negeri paman Sam. Sebelum itu tiba di halaman rumah kita, patut diingatkan untuk tidak mudah tergoda rayuan gombal dari ketiga pos itu: telekomunikasi, pakaian dan elektronik, juga entertainment!***


Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com
Dimuat di Harian Kendari Pos, 29 September 2009

1 komentar:

Antropologi Unhalu mengatakan...

alo...........salam kenal.........gimana lancar aja kendari???