Jepara, memang sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Kota yang dikenal dengan mebel ukiran itu mengandung magnet bisnis yang memikat perhatian investor dari dalam dan luar negeri sejak puluhan tahun lalu.
Saya berkunjung ke daerah itu bulan lalu sekadar jalan-jalan. Tampak agak mengherankan dibandingkan kota kita di sore hari. Saat sorot matahari makin teduh dari sisi barat, saya tidak menemukan kelompok gadis-gadis dan ibu-ibu duduk bergosip ria di teras rumah.
Kepada kawan yang menemani, saya sempat bertanya atas ”keganjilan” itu. Jawaban yang saya peroleh bahwa gadis-gadis dan ibu-ibu di sana selalu mengisi waktu luangnya dengan dunia pertukangan. ”Masak iya. Gak Salah?”, gumam saya spontan.
Ternyata, pekerjaan mengukir mebel di sana, sebagian dikerjakan kaum hawa. Ada yang mengerjakannya di workshop, ada juga di rumah masing-masing.
Ambil contoh pengerjaan Kursi Ukir. Bagian-bagian kursi dibuat per komponen. Ukiran di sandaran, dudukan, kaki kursi, dan lainnya dibuat terpisah dan dibagikan ke sejumlah rumah. RT A mengerjakan komponen sandaran, RT B mengerjakan komponen dudukan, dst. Hingga batas waktu yang ditentukan, komponen-komponen itu dikumpulkan dan menjadilah sebuah kursi.
Fakta di Jepara mengajarkan kita bahwa dengan memilah-milah pekerjaan besar menjadi sebuah pilahan puzzle, maka pekerjaan akan menjadi mudah. Tugas bagian sandaran ”hanya” memikirkan sandaran. Tugas bagian dudukan”hanya” memikirkan dudukan. Begitu seterusnya.
Fokus satu titik menjadi kunci utama sebuah keberhasilan. Setiap fungsi sepatutnya hanya memikirkan ”tugas”-nya tanpa perlu melirik ke kiri dan ke kanan. Ibarat sebuah kelompok musik, penabuh gendang hanya berusaha menghasilkan bunyi gendang yang enak didengar.
Hal yang perlu dihindari adalah dorongan naluri kita untuk selalu mau tahu segala hal tapi tidak bisa menguasai segala hal. Menguasai satu mata rantai saja sudah cukup dan jauh lebih baik. ”Be specialist, not generalist”, begitu kata kawan saya.
Kendaraan bisnis akan bergerak jauh lebih cepat jika diayun orang-orang spesialis. Tugas spesialis sandaran ”hanya” memikirkan sandaran. Tugas spesialis dudukan ”hanya” memikirkan dudukan. Tugas pengemudi pun "hanya” memikirkan strategi menyatukan puzzle menjadi sebuah gambar besar.***
Saran SMS: 0815 2400 4567 atau Blog: http://hilmineng.blogspot.com/
Dimuat di Harian Kendari Pos (Jawa Pos Group), 16 Februari 2008
Minggu, Februari 15, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar