Mayoritas penduduk negeri ini sudah mengenal Social Network. Jaringan pertemanan di dunia maya itu, kini hadir dalam berbagai bentuk. Di antaranya yang sangat dikenal adalah Facebook dan Twitter.
Anak kita di rumah mungkin punya teman setia hanya sepuluh orang di sekitaran rumah, tetapi di alam maya dia mempunyai lebih seratus orang. Mereka saling terhubung dan memberi kabar antara satu dengan yang lain tanpa batas waktu, batas dinding, bahkan tanpa batas negara. Mereka bisa saling sapa kapan saja dan dengan siapa saja.
Kemajuan teknologi menjadikan anak kita “matang” sebelum waktunya. Bahkan pengalaman dari beberapa orang, mereka mengakui jika anak-anak mereka tampak lebih cepat dewasa dibandingkan seusia orangtuanya dulu.
Serangan informasi yang menghunjam dari layar komputer, dari layar televisi, juga dari layar handphone, masuk ke benak sang anak tanpa filter lagi. Apa yang yang dapat dilihat dan didengar senior mereka juga dapat dilihat dan didengar oleh sang anak. Batas privasi sudah semakin tipis. Sebuah ironinya jika ini terbiarkan.
Hal yang sama terjadi di industri kita. Karena cepatnya arus informasi, sebuah produk yang baru saja diluncurkan, bisa saja melejit dalam waktu secepat-cepatnya dan bisa juga jatuh berkeping-keping dalam waktu se-singkat-singkatnya.
Produk yang diluncurkan detik ini misalnya, dalam hitungan menit informasinya langsung tersebar hingga ke pelosok Papua. Sekali klik di internet, masyarakat se-antero negeri langsung bisa membacanya, secepat kedipan mata.
Produk bisa saja masih ada di pabrik namun pembeli sudah indent di kantor-kantor cabang. Brosur bisa saja masih dicetak tetapi antrian sudah memanjang di mall-mall Papua. Dulu, pembeli harus melihat barang yang dijajakan. Sekarang, barang bisa dilihat dan dibayangkan sendiri bermodalkan spesifikasi yang dicantumkan di website. Life cycle produk menjadi lebih cepat dari usianya.
Dalam situasi seperti ini, pelaku usaha sudah tidak dapat berdiam diri. Bukan lagi saatnya mengatakan bahwa rejeki sudah diatur dan pembeli akan datang jika sudah ditakdirkan datang. Sekarang zaman jemput bola karena lawan bisa saja menendangkan bola ke gawang kita setiap saat tanpa batasan waktu dan batasan geografis.
Dulu, operasional toko mulai pagi hingga sore. Sekarang, buka toko dapat kita saksikan sepanjang hari di dunia maya. Konsumen dapat membeli apa saja dan berkeluh kesah kapan saja di dunia maya. Peluang dan tantangan pasar tersaji dan hadir di setiap dentang waktu.
Untuk menjawab kebutuhan konsumen yang sangat dinamis seperti ini, tuntutan utamanya adalah speed (kecepatan). Arus informasi sudah bergerak begitu cepat. Seyogyanya, speed juga ditingkatkan untuk segala hal terkait pemenuhan kebutuhan pasar; mulai produksi, distribusi, hingga layanan purna jual.
Hanya dengan speed yang terjaga, kinerja akan menjadi lebih baik. Jika salah satu mata rantai tidak mampu menunjukkan speed yang baik, maka gerbong akan menjadi lambat. Meski kita mempunyai mobil baru, tetapi jika salah satu bannya kempis, maka mobil akan berjalan lambat.
Sesekali kita perlu mengecek kehandalan tim pemasar. Mereka adalah ban yang tidak boleh kempis. Ban gundul dan berumur perlu dirotasi dan jangan biarkan mobil bergerak lambat karenanya.***
Minggu, April 15, 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar