Tulisan ini dibuat di atas riak gelombang laut Wakatobi, sebuah pulau kecil di sebelah tenggara pulau Buton. Hempasan air dan hembusan angin tersimpul rapih menjadi lambaian keindahan.
Bunaken di Manado sudah lama dikenal di negeri ini. Namun Wakatobi di Sulawesi Tenggara masih asing di telinga. Pulau kecil yang menyimpan ratusan spesies keindahan alam bawah laut itu justru lebih dikenal di manca negara dibanding di negerinya sendiri.
Wartawan dan wisatawan terus mengalir ke pulau kecil itu meski secara infrastruktur terlihat belum siap: bandara pesawat reguler belum ada, daerah wisata belum terjangkau jaringan telepon, pasokan listrik hanya setengah hari, dsb.
Itulah Wakatobi! Namanya dibentuk dari akronim empat pulau: Wanci, Kaledupa, Tomia, Binongko. Meski hanya pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan akronim, namun nama Wakatobi menggelegar hingga manca negara.
Kunjungan saya ke pulau ini menyisakan sisi penting Marketing. Dalam segala keterbatasan infrastruktur, pemerintah kabupaten Wakatobi secara intens memperkenalkan pulau kecil itu dalam satu pesan singkat: surga nyata bawah laut!
Sepotong kalimat ini sontak membuat penasaran. Jangankan orang awam, pencari berita yang kesehariannya mengendus informasi kepincut berjuang membelah arus Laut Banda agar bisa tiba di pulau kecil itu.
Di sinilah keajaiban pemasaran karena berhasil menarik datang konsumen walau perjuangan dan doa berderet di sepanjang jalan. Cara ini lazim disebut Pull Strategy.
Dunia iklan juga banyak menerapkan Pull Strategy seperti ini. Lihat saja jutaan konsumen terbius hadiah-hadiah walau sebelumnya tidak pernah membeli produk itu. Simaklah ketika Sirup ABC mengiklankan hadiah Umroh, Silver Queen iming-imingkan Honda Jazz, Kopi Torabika janjikan kejutan hadiah, Coca Cola siapkan wisata luar negeri, dan sederetan lagi lainnya.
Ketika Pull Strategy digelar, sesungguhnya sang produsen “menari-nari” dalam khayalan objek pasar. Fantasi pergi umroh seketika terbentuk di benak calon konsumen saat melihat sirup ABC di etalase toko. Warna merah Honda Jazz juga langsung terbayang ketika temukan Silver Queen terjejer rapih di depan kasir.
Iklan demi iklan yang tersaji setiap hari bertujuan membentuk fantasi kita hingga akhirnya tiba pada suatu keputusan “beli”. Pemasar yang cerdas tidak butuh iklan panjang. Dia hanya butuh satu pesan fantasi tertanam di benak konsumen.
Saya, Anda, dan kita semua mungkin sudah menjadi bagian dari korban fantasi. Wow!??***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar