Hari lahirnya Pancasila kembali diperingati 1 Juni lalu. Di hari yang sama, salah satu motivator negeri ini Tung Desem Waringin (TDW) menggelar pre-launching buku barunya. Baik peringatan Hari Lahir Pancasila ataupun pre-Launching buku harusnya peristiwa yang biasa-biasa saja.
Di rumah Guruh Soekarno Putra, Cinta Laura membacakan teks Pancasila ketika seremonial hari lahirnya Pancasila diperingati. Wanita berdarah Jerman itu maju ke panggung upacara dibalut pakaian seragam paskibraka serba putih. Semua mata memandang ke gadis belia itu ketika kata demi kata dibacakan.
Meski disiarkan berkali-kali di berbagai TV Swasta negeri ini, jutaan pasang mata terus saja kembali merapatkan pandangan ke sosok Cinta Laura. Tidak ada rasa bosan yang muncul. Justru kelucuan dan keluguan yang mengemuka, terbungkus rapih dalam kata p-e-n-a-s-a-r-a-n.
Bandingkan jika pejabat negara yang membacakan teks Pancasila. Apa respon kita? Jujur sih, mungkin kita alihkan channel TV ke sinetron atau gosip artis. Lalu ketika Cinta Laura membacakannya, fakta bicara lain. Ternyata, Cinta Laura mampu menghipnosis pasar.
Ibarat Pancasila sebuah produk yang lama tidak kita cicipi, dengan sedikit sentuhan mem-"penasaran"-
TDW punya cara lain menciptakan penasaran publik. Di hari yang sama, tepat di atas lapangan terbuka
Terlepas dari pro-kontra kegiatan bagi-bagi uang di tengah himpitan naiknya BBM, yang dapat dipetik dari ajang TDW itu adalah upaya menciptakan rasa penasaran publik. Makin menganga rasa penasaran, makin mudah pula pasar digerayangi.
Cinta Laura dan Tung Desem Waringin, keduanya adalah kontributor pencipta rasa penasaran. Dengan sentuhan mereka, publik ikut terhipnosis dan terdiam dalam kubangan penasaran. Lalu menjadilah Pancasila dan buku terbaru TDW terus teringat.
Sekali lagi ini bukti bahwa membuat penasaran itu perlu, karena di balik penasaran selalu ada pemasaran.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar